Warta Kalimantan – Berlimpahnya air di Kalimantan Selatan tidak menjamin ketersediaan air bersih yang layak konsumsi. Hal ini menjadi potret nyata permasalahan yang dihadapi masyarakat di wilayah Kabupaten Banjar, terutama di Pondok Pesantren Mura’atul Lughat, Kelurahan Sekumpul.
Dengan jumlah santri dan pengurus pondok mencapai lebih dari 2.100 orang, kebutuhan air bersih yang aman untuk konsumsi menjadi krusial. Namun, air sumur bor dan air sungai di daerah ini tidak memenuhi standar kesehatan, dan justru berisiko menimbulkan penyakit serius seperti keracunan akibat logam berat, alergi kulit, diare, hingga demam berdarah (DBD).
Dalam menghadapi tantangan air bersih ini, Universitas Lambung Mangkurat (ULM), melalui Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), mengambil peran penting dengan meluncurkan program pemberdayaan berbasis masyarakat yang difokuskan pada pengelolaan air bersih di Pondok Pesantren Mura’atul Lughat. Program ini bertujuan untuk memberdayakan pesantren dan masyarakat melalui transfer teknologi pengolahan air bersih menggunakan teknologi membran filtrasi.
Dr. Sudarningsih, sebagai pimpinan program dari FMIPA ULM, menjelaskan bahwa penerapan teknologi membran filtrasi ini sangat sesuai dengan kondisi tanah gambut di wilayah Martapura.
“Air gambut di daerah ini memiliki tingkat pH yang sangat rendah dan mengandung logam berat. Dengan teknologi membran filtrasi berbasis IoT (Internet of Things), air sumur bor yang awalnya berbau dan keruh dapat diubah menjadi air layak konsumsi, sesuai standar kesehatan,” ujar Dr. Sudarningsih.
Program ini juga sejalan dengan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dicanangkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Melalui skema MBKM, mahasiswa ULM dilibatkan secara langsung dalam pengabdian kepada masyarakat, khususnya dalam implementasi teknologi dan pelatihan pengelolaan air bersih.
Dr Totok Wianto, dosen FMIPA ULM yang juga terlibat dalam program ini, menekankan bahwa program ini berkontribusi pada Indikator Kinerja Utama (IKU) 2 yang mendorong kegiatan mahasiswa di masyarakat, serta IKU 5 yang menitikberatkan pada riset dosen dan pengabdian masyarakat.
“Melalui program ini, mahasiswa tidak hanya belajar dari sisi teknologi, tetapi juga mendalami aspek sosial-ekonomi dengan terlibat langsung dalam pemberdayaan masyarakat. Ini adalah pengalaman berharga yang tidak mereka dapatkan di kelas,” ujar Dr Totok Wianto.
Selain memenuhi kebutuhan air bersih, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi pesantren. Pengelolaan air bersih berbasis produk air minum tidak hanya menyelesaikan masalah air minum di pondok, tetapi juga membuka peluang bagi Pondok Pesantren Mura’atul Lughat untuk menjalankan usaha jasa layanan air bersih yang dapat digunakan sebagai sumber penghasilan tambahan.
Menurut laporan, Pondok Pesantren Mura’atul Lughat sebelumnya harus mengeluarkan biaya besar per bulan untuk membeli air galon sebagai pasokan air minum bagi santri dan pengurus pondok. Dengan penerapan teknologi membran filtrasi ini, biaya tersebut dapat ditekan, dengan kapasitas produksi air bersih mencapai 400 liter per hari.
Tim pemberdayaan ini juga diperkuat oleh kehadiran Dr Husnul Madinah dari Uniska Banjarmasin, yang turut berperan dalam memberikan pendampingan kepada santri dan pengurus pondok. Dr. Husnul Madinah menjelaskan bahwa pentingnya transfer teknologi kepada masyarakat pesantren tidak hanya untuk meningkatkan kualitas air, tetapi juga sebagai langkah untuk mempersiapkan santri menghadapi tantangan ekonomi ke depan.
“Pelatihan yang kami berikan mencakup aspek teknologi dan manajemen, sehingga santri dapat memanfaatkan teknologi ini untuk kemandirian ekonomi pondok,” ungkap Dr Husnul.
Program ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat langsung bagi Pondok Pesantren Mura’atul Lughat, tetapi juga bagi masyarakat luas di Kelurahan Sekumpul, Martapura. Teknologi yang diterapkan memungkinkan air yang awalnya tidak layak konsumsi menjadi air yang bersih dan aman. Selain itu, program ini juga diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru di pesantren melalui usaha jasa layanan air minum. (*)