Warta Kalimantan – Kebanyakan negara di dunia menerapkan sistem lalu lintas dengan setir kiri, sementara mobil di Indonesia pakai setir kanan. Mengapa?
Berdasarkan catatan World Standards, sejarah penggunaan setir kanan dan berjalan di sisi kiri dipengaruhi masa feodalisme Inggris.
Kala itu, orang-orang masih membawa pedang ke mana saja mereka pergi. Kebanyakan orang memegang pedang dengan tangan kanan. Makanya, mereka menggunakan sisi sebelah kiri jalan untuk berpergian.
Ada tiga alasan kenapa para pejuang di masa feodal Inggris melaju di sisi kiri jalan.
Pertama, para pejuang perang bisa dengan mudah memakai tangan kanan untuk memegang pedang saat menyerang lawan.
Kedua, dengan berjalan di sebelah kiri, membuat mereka bisa menghindari menabrak sarung pedang milik orang lain. Sarung pedang biasanya menggantung di sabuk sisi kiri pinggang.
Ketiga, orang menggunakan tangan kanan lebih mudah naik kuda dari sebelah kiri. Mereka akan kesulitan naik kuda dari sebelah kanan jika sarung pedang berada di sebelah kirinya.
Negara yang menerapkan setir kanan dan lalu lintas sebelah kiri kebanyakan adalah koloni Inggris kuno.
Namun, beberapa negara jajahan Inggris ada yang berubah haluan dengan menerapkan setir kiri. Seperti Amerika Serikat yang ingin melarikan diri dari akar Inggris.
Dengan status Indonesia sebagai jajahan Belanda, kebiasaan berpergian di sisi kiri jalan dibawa oleh Belanda saat datang pertama kali ke Indonesia pada 1596.
Meski pada awalnya menganut jalan di sisi kiri, kebiasaan ini kemudian berubah di Belanda. Hal itu dipengaruhi oleh Napoleon Bonaparte.
Dia menerapkan aturan berpergian di sisi kanan jalan ketika ia menaklukkan negara-negara Eropa. Saat Napoleon menaklukkan Belanda, negara itu mulai menerapkan setir kiri dan lalu lintas sebelah kanan.
Tapi, perubahan yang dilakukan Belanda tersebut tidak sampai terbawa ke sebagian besar negara jajahannya. Sebagian besar koloni Belanda mempertahankan setir kanan dan lalu lintas kiri, termasuk Indonesia dan Suriname.